Temu Inklusi 2014 Selesai, Silaturahmi Tak Usai

Sigab.or.id, Yogyakarta- Selesainya kegiatan Temu Inklusi 2014 tidak membuat jalinan silaturahmi rampung. Bertempat di kantor sekretariat Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB), Panitia Temu Inklusi menyelenggarakan acara pembubaran panitia pada Kamis (15/1) lalu. Selain lembaga-lembaga yang terlibat dalam acara Temu Inklusi seperti CIQAL, Karina Kas, UCP, Combine, pembubaran panitia juga dihadiri oleh oleh warga sekitar Sendang Tirto Brebah Sleman Yogyakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Haris Munandar, selaku perwakilan dari SIGAB menyatakan terim akasih yang sebesar-besarnya untuk para warga masyarakat Sendang Tirto yang telah turut aktif mensukseskan pelaksanakan Temu Inklusi 2014. Agenda besar yang telah dilaksanakan pada tanggal 19 hingga 21 Desember tersebut memang tak luput dari kerja sama panitia dan para warga masyarakat Sendang Tirto. “Masyarakat sangat berperan dalam mensukeskan acara ini, sebab kami mempergunakan konsep live in bagi para peserta temu inklusi” ujar Haris selaku penangungjawab acara.
Kepanitian yang sudah mulai bekerja semenjak satu setengah bulan yang lalu ini terdiri dari sekitar lima puluh orang dengan peserta total ribuan orang baik para peserta yang live in maupun peserta yang hanya mengikuti beberapa bagian acara saja. selama mempersiapkan kegiatan Temu Inklusi, SIGAB tak hanya bekerja sendiri, selain melibatkan warga kampung yang telah banyak berperan, panitia juga melibatkan beberapa lembaga lain seperti CIQAL, KARINA KAS, COMBINE, SAPDA, PUSHAM UII, UCP RUK, dan berbagai pihak lain.
Dalam pembubaran panitia tersebut, evaluasi yang menonjol adalah kepanitiaan yang melibatkan warga kampung. Beberapa di antara mereka mengaku puas dengan kepanitiaan ini. “Secara umum kesan dan pendapat warga kampung terhadap penyelenggaraan temu inklusi mereka mengatakan bahwa acara ini cukup sukses meskipun ada beberapa hal yang belum memuaskan, salah satu contohnya adalah sosialisasi ke warga masih dianggap kurang serta aksesibilitas untuk naik ke panggung juga masih menjadi masalah” ujar Haris.
Selain itu, yang menarik adalah kesan masyarakat terhadap difabel cukup baik, banyak pengalaman yang mereka dapatkan. Dari diri para warga juga ternyata muncul kesadaran baru, “Oh ternyata mereka bisa ini dan bisa itu, seperti yang diceritkan oleh supir kereta kelinci yang bercerita bahwa para difabel itu cukup mandiri, mereka kerap kali enggan ketika ingin dibantu untuk naik ke kereta mini,”ungkap salah seorang warga.
“Saya juga mendapatkan pengalaman baru bahwa para difabel mahir mengendarai sepeda motor, sampai-sampai saya saja kalah terampil” ujar salah seorang warga. Lurah Sendangtirto, Sarjono, juga mengaku amat terkesan dengan mandirian para difabel. Awalnya memang ada keraguan dari masyarakat terutama ketika panitia akan mencari tempat tinggal untuk peserta temu inklusi.
“Nanti ketika ada difabel menginap di rumah saya, saya harus bagaimana, apakah harus menunggui dan sebagainya itu memang sempat muncul keraguan dari masyarakat. Namun saya mencoba memberi pengertian bahwa anggaplah mereka sebagai bagian dari keluarga, dan jangan selalu dibantu. Nanti ketika mereka butuh bantuan, mereka juga akan memintanya,” tambah Sarjono
Harapkan Kegiatan Berlanjut
Beberapa bulan sebelum acara berlangsung, panitia mengadakan survei ke beberapa rumah warga mengingat aksesibilitas tempat tinggal di rumah-rumah penduduk amat beragam. Panitia juga telah bertemu kepada dukuh dan mengatakan hal itu. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah aksesibilitas tempat.
“ Ketika pendaftaran calon peserta temu inklusi, panitia juga mengadakan penjaringan kepada peserta terkait apa saja yang mereka butuhkan. Apa jenis difabilitasnya, apa saja alat bantunya dan hal ini coba kita sesuaikan dengan tempat tinggal peserta tersebut ketika mengikuti serangkaian acara Temu Inklusi,” ungkap Haris.
Catatan lain yang tak kalah menarik adalah para warga berharap agar ke depan ketika acara semacam ini diadakan kembali, mereka siap membantu dan mereka berharap desa ini bisa dipergunakan kembali. Mengenai Balai desa yang memiliki desain bangunan aksesibel Haris berkata bahwa “Itu memang kami siapkan agar bisa diakses oleh semua kalangan termasuk kamar mandi aksesibel dan ini juga sebagian didukung oleh lembaga SIGAB”. (Ajiwan Arief)