Sambut Temu Inklusi 2016

Temu Inklusi 2016 merupakan kegiatan dua tahunan yang diinisiasi oleh Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) sebagai wadah terbuka yang mempertemukan berbagai pihak pegiat inklusi Difabel. Forum dua tahunan ini dirintis pertamakalinya pada Desember 2014, bertempat di Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Lebih dari 300 partisipan yang merupakan perwakilan organisasi Difabel, organisasi masyarakat sipil, serta individu pegiat inklusi Difabel telah menjadi bagian dari Temu Inklusi 2014 yang menghasilkan gagasan dirintisnya ‘Desa Inklusi’.
Dalam dua tahun terakhir, berbagai inisiatif dan gerakan inklusi Difabel terus bertambah dan menunjukkan banyak tunas praktik baik dan keberhasilan. Gagasan Desa Inklusi yang digagas pada Temu Inklusi 2014 telah mulai dirintis di sejumlah Kabupaten. Di beberapa Kabupaten - Kota, praktik Kota / Kabupaten Inklusi pun mulai dibangun dan dikembangkan. . Di saat yang sama, gerakan kolektif untuk mendorong kebijakan yang mendukung inklusi Difabel pun membuahkan hasil positif dengan disahkannya Undang-Undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Bersama itu semua, masih banyak inisiatif lain yang dilakukan oleh berragam komunitas dan memberikan kontribusi positif untuk menjawab tantangan atas inklusi Difabel dalam berbagai sektor.
Di balik kemenangan-kemenangan kecil tersebut, ruang berbagi, jejaring serta kolaborasi dan merajut gagasan bersama merupakan bagian dari proses penting yang turut ambil bagian. Temu Inklusi 2014 bukan hanya telah menjadi ruang berkumpul dan berinteraksi, namun menghasilkan gagasan-gagasan yang mulai membawa perubahan di tingkat lokal.
Hal itu penting untuk terus dirawat dan diperbesar. Untuk itulah, penyelenggaraan Temu Inklusi 2016 dirancang sebagai ruang terbuka untuk berbagi ide-ide solutif serta praktik-praktik yang telah memberikan dampak terhadap perwujudan inklusi Difabel. Melalui ruang dua tahunan inilah, diharapkan semangat jejaring, kolaborasi serta bertukar ide dan inisiatif dapat terjalin dan terus membesar sebagai sebuah gerakan sosial untuk Indonesia yang inklusif (Bhineka Tunggal Ika).
Kegiatan Temu Inklusi 2016 ini mengambil tema “Dari Desa; Berbagi Gagasan dan Praktik Terbaik Menuju Indonesia Inklusi”. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24-27 Agustus 2016 di desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulonprogo.
Adapun tujuan dari digelarnya acara Temu Inklusi 2016 adalah
1. Adanya sebuah wadah berbagi pengalaman, sumberdaya dan jejaring antara organisasi-organisasi Difabel, maupun organisasi-organisasi masyarakat sipil, non-pemerintah, serta lembaga pemerintah yang mempunyai kerja terkait isu Difabel.
2. Adanya kampanye pendidikan dan penyadaran public akan perspektif dan pemahaman positif atas keberadaan Difabel dalam rangka mencapai kesetaraan dan inklusi social Difabel.
3. Adanya rekomendasi agenda bersama terkait gerakan Difabel di Indonesia masa depan.
4. Adanya wadah konsolidasi gerakan inklusi Difabel sebagai wadah penguatan bagi Advokasi yang berkelanjutan.
5. Adanya sebuah konsep, serta mempromosikan implementasi “desa inklusi” sebagai pelopor inklusi difabel dari desa.
Sebuah rangkaian kolaborasi dan live-in dalam setting, proses dan prinsip inklusi baik oleh organisasi atau individu Difabel, maupun organisasi masyarakat sipil, pemerintah, media, akademisi, praktisi, serta aktifis desa, dan pihak-pihak lain dari berbagai wilayah di Indonesia yang mempunyai perhatian dan kerja nyata untuk mewujudkan inklusi Difabel yang diberi nama “Temu Inklusi 2016”.
Temu Inklusi 2016 didesain sebagai ajang inklusi dimana Difabel dan non-difabel diberikan ruang dan dikondisikan untuk berinklusi, berkolaborasi dan menjadi jaringan untuk saling mengenal dan berjejaring untuk kemudian membangun gerakan social inklusif. Dengan tema “Dari Desa; Berbagi Gagasan dan Praktik Baik Untuk Indonesia Inklusif”. Praktik baik mengenai inklusi Difabel di Desa akan menjadi sumber pengalaman belajar dan berbagi. Disinilah ruang dimana Desa diharapkan akan menjadi basis perubahan inklusi Difabel.
Kegiatan Temu Inklusi 2016 ini ditargetkan dapat diikuti oleh pengunjung dari usia anak-anak hingga dewasa yang mempunyai minat, ketertarikan serta kerja pada isu Difabel. Diantara target pengunjung yang diharapkan adalah:
1. Individu maupun perwakilan organisasi Difabel
2. Keluarga dengan anggota keluarga Difabel
3. Guru serta perwakilan lembaga pendidikan yang menangani siswa Difabel
4. Pemerhati, warga dan kelompok perangkat desa
5. Akademisi (staf pengajar dan mahasiswa)
6. Kelompok masyarakat sipil
7. Pemerintah baik tingkat lokal maupun nasional
8. Organisasi nirlaba di level local, nasional maupun internasional dengan ketertarikan atau kerja pada isu Difabel
9. Kelompok bisnis (BUMD, BUMN maupun swasta)
10. Kelompok media (mainstream dan media berbasis rakyat serta kampus)
11. Pegiat seni / seniman
12. Kelompok lainnya yang mempunyai ketertarikan dan / atau kerja nyata untuk inklusi Difabel.
Peserta utama ditargetkan berjumlah 500 orang yang berasal dari DPO, CSO serta kelompok lain yang akan tinggal dan sepenuhnya mengikuti kegiatan selama tiga hari tiga malam di Desa. Kegiatan pentas seni serta rangkaian pameran, seminar serta workshop yang juga terbuka untuk public ditargetkan untuk dapat menghadirkan 1000 peserta tambahan sepanjang pelaksanaan event. Selain itu, kegiatan yang brsifat terbuka juga akan memungkinkan warga Desa Sidorejo dan Desa sekitar yang diperkirakan berjumlah 3000 untuk menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dari event ini.
Kegiatan Temu Inklusi 2016 ini sebisa mungkin akan mengedepankan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Inklusif
1) Memastikan keterlibatan penuh difabel dalam berbagai proses persiapan maupun pelaksanaan event hingga evaluasinya.
2) Dalam berbagai kegiatan, peserta, pengunjung serta penyelenggara difabel dan non-difabel diharapkan untuk bisa membaur bersama-sama serta melakukan interaksi sosial yang inklusif.
3) Setiap desain kegiatan akan dirancang sedemikian rupa untuk memastikan terkuranginya hambatan komunikasi, mobilitas serta hambatan fisik serta non-fisik yang dapat mengurangi tingkat partisipasi penuh Difabel.
2. Aksesibel
1) Karena kegiatan dilaksanakan di desa, disadari bahwa akan sangat sulit memastikan aksesibilitas seluruh area kegiatan. Namun panitia akan memastikan ketersediaan sarana penting seperti toilet aksesibel di area kegiatan.
2) Adaptasi serta modifikasi sederhana akan dilakukan di beberapa sarana public untuk mengurangi hambatan fisik bagi peserta dengan hambatan mobilitas.
3) Panitia akan berusaha memperhatikan kebutuhan aksesibilitas peserta dan pengunjung sepanjang pemberitahuan disampaikan sebelum event dilaksanakan dan sebatas ketersediaan sumberdaya pendukung kegiatan.
3. Terbuka
1) Siapapun yang hadir dalam ajang ini, baik sebagai peserta/pengisi acara maupun sebagai pengunjung dapat saling berinteraksi secara langsung untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang Difabel dan inklusifitas.
2) Setiap materi pengetahuan yang dibagipakaikan dalam seluruh sesi acara dapat diadaptasi oleh kelompok manapun untuk diterapkan di daerah asal dan organisasinya.
3) Acara ini terbuka untuk seluruh anggota masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa.
4. Nirlaba
1) Tidak ada stand komersial yang menjual produk di ajang ini untuk mendapatkan keuntungan/laba besar, kecuali untuk menutup biaya produksi dan operasional.
2) Produk komersial yang dijual di ajang ini hanya boleh oleh vendor yang telah ditunjuk panitia dan menjual produknya tersebut dengan harga murah agar terjangkau oleh komunitas.
3) Produk-produk lain yang dijual di ajang ini adalah makanan siap saji yang dikelola oleh kelompok-kelompok komunitas/warga.
Serangkaian acara selama hampir sepekan digelar antara lain:
Pra Event
1. Lomba fotografi “Dari Desa; Berbagi Gagasan dan Praktik Terbaik untuk Indonesia Inklusi” adalah kompetisi yang akan mengawal Temu Inklusi pada bulan 26-28 Agustus 2016 mendatang. Kompetisi ini adalah ruang ekspresi untuk saling bertukar gagasan antara fotografer dan pegiat isu difebal. Sebuah karya diciptakan bukan tanpa kepentingan. Setiap karya yang lahir harus memiliki keberpihakan. Karya yang muncul juga menjadi potret dari isu di sekeliling penciptanya. Di titik ini, fotografer dan pegiat difabel diharapkan bisa menyampaikan gagasan menarik tentang isu difabilitas melalui karya foto.
2. Lomba Mencipta Alat Permainan Edukatif Anak.Sebagai bagian dari kampanye inklusi Difabel kepada anak, sebuah lomba kreasi alat permainan edukatif akan diselenggarakan dengan sasaran Guru-Guru dan penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK) di Kabupaten Sleman dan Kulonprogo. Penyelenggaraan final perlombaan dan penilaian akan dilakukan pada Temu Inklusi 2016, sekaligus memperkenalkan alat permainan edukasi inklusi.
Rangkaian Event
1. Pembukaan dan seminar Nasional: Desa Inklusi dan Strategi Pengarusutamaan Difabel di Desa. Pembukan Temu Inklusi 2016 akan dilakukan dengan Seminar “Desa Inklusi dan Strategi Pengarusutamaan Difabel di Desa”, dengan keynote speaker Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.
2. Appreciative Enquary Session
Sesi ini didedikasikan sebagai ruang untuk saling berbagi keberhasilan, temuan dan inovasi atas kerja-kerja DPO, CSO maupun kelompok lainnya dalam turut menciptakan, mempromosikan serta mendukung inisiatif inklusi Difabel. Dalam sesi ini, peserta akan ditantang untuk menggunakan ragam metode presentasi yang menarik seperti poster, pecakuca dan ragam metode pemaparan lain yang atraktif. Diharapkan, turut bergabung dalam sesi ini adalah Menteri Sosial RI untuk dapat turut menjadi pengantar diskusi.
3. Workshop tematik. Pada hari ke dua, serangkaian diskusi tematik akan dilaksanakan secara paralel. Perwakilan organisasi, instansi pemerintah, akademisi maupun individu yang mempunyai praktik baik maupun gagasan inovatif dalam mendukung gerakan inklusi Difabel diundang untuk mengusulkan topik presentasi yang akan dikelola dalam workshop / diskusi tematik. Tema workshop / diskusi tematik nantinya akan diidentifikasi berdasarkan abstrak yang masuk. Beberapa tema yang sudah masuk Antara lain :
a. Workshop Pendidikan Inklusi.
Indonesia telah sekian tahun memulai pendidikan inklusi. Di satu sisi mungkin telah banyak keberhasilan dari implementasinya. Di sisi lain, tidak menutup kemungkinan juga inklusi masih difahami setengah-setengah. Untuk itu, penting diperbincangkan soal bagaimana status implementasi pendidikan inklusi saat ini dan bagaimana ke depan inklusifitas dalam pendidikan dapat ditingkatkan.
b. Workshop Difabel dan Akses terhadap Hukum dan Keadilan
Akses terhadap bantuan hukum maupun keadilan dirasakan masih jauh bagi Difabel. Selain kurangnya ketersediaan bantuan hukum, prosedur peradilan dan hukum juga menjadi kendala besar bagi Difabel yang ingin mencari keadilan.
c. Thematic workshop tambahan (usulan partisipan) Selain tema workshop di atas, event “temu inklusi” ini juga membuka peluang bagi peserta (organisasi / individual) untuk mengusulkan dan meng-co-organize tema workshop tertentu. Pengusul, selain akan menjadi fasilitator workshop juga bertanggungjawab atas hasil akhir dari workshop yang diusulkan.
4. Klinik informasi dan layanan Difabilitas
Sebuah layanan terpadu (info dan layanan terapi, informasi umum seputar difabilitas, konsultasi perkembangan, serta informasi hukum akan menjadi bagian penting dalam event untuk membangun pemahaman publik.
5. Pameran dan Bazar
Sepanjang event yang berlangsung selama 3 hari, akan ada pameran yang ditrgetkan dapat diikuti oleh 30 stan, terdiri dari stan organisasi, kuliner, serta stan lain yang relevant dengan tema event. Pameran karya seni yang berhubungan dengan difabilitas atau karya Difabel juga sangat diprioritaskan.
6. Panggung hiburan dan budaya
Ragam seni dan pementasan budaya akan digelar sepanjang sore – malam setiap harinya. Pementasan akan dikemas sebagai ruang expresi seni dan budaya yang inklusif dari segi actor, maupun pesan yang ingin disampaikan kepada public.
7. Game awareness raising untuk public